Entri yang Diunggulkan

Selasa, 01 Januari 2019

MATI PUN MASIH BISA DZALIM

Siang tadi saya ke makam.

To my surprise, inilah yang saya temukan di makam mama.
Tanda merah adalah tempat seharusnya nisan mama saya berada


Jadi di sebelah ada makam baru. Rupanya almarhum baru meninggal bulan November kemarin.

Yang jadi masalah, tanah urukan makamnya tumpah menutupi makam mama hingga nisan terkubur sama sekali, bahkan sisa tanah masih meluber menutupi nisan tetangga di sebelah kiri. Dan itu kelihatan banget bahwa pihak keluarga almarhum nggak peduli. Dilihat dari kondisi tanah yang menutupi makam mama yang sudah memadat. Jelas sudah dibiarkan dalam posisi seperti itu selama beberapa waktu.

Macam mana saya nak ziarah? Tak nampak secuil pun ujung nisan.

Saya heran. Asli.
Manusia saat hidup suka rebutan tanah. Sudah mati pun rupanya masih bisa korupsi tanah tetangga. 

Saya sampai speechless saat lihat tadi. Speehless sekaligus mendidih hati ini.

Apa para keluarga atau ahli waris pak tetangga baru ini nggak mengerti kalau itu mendzalimi orang lain? Apa juga nggak khawatir hisab si ahli kubur makin diberatkan gara-gara hal 'sepele' seperti ini? 

Saat jenazah belum diberangkatkan, pak Ustadz selalu meminta kepada para pelayat agar segala hutang almarhum/almarhumah diikhlaskan. Agar kesalahan-kesalahannya dimaafkan. Lalu kenapa saat menguburkan malah bikin kesalahan baru?

Makanya saya mau bilangin.

Penyelenggaraan pemakaman itu bukan hal main-main. Berkali-kali saya menghadiri pemakaman keluarga. Selalu ada satu dua orang yang bercanda. Entah apa maksudnya. Memakamkan jenazah disamakan dengan main-main. 

Inilah yang bikin jadi nggak fokus. Nggak tengok kanan, nggak tengok kiri. Adakah makam lain yang terinjak? Adakah makam lain yang tertimbun? Adakah makam lain yang jadi 'korban'? Relakah keluarga almarhum/almarhumah kalau kuburan orang terkasih mereka rusak gara-gara kalian serampangan menguburkan keluarga kalian? 

Kalau pun lolos dari Quality Control saat pemakaman (karena kalut, sedih, emosional di hari H ... saya paham), maka saat berziarah kubur keluarga harus memperhatikan.

Silahkan lihat foto di atas. Makam si tetangga baru masih bertabur bunga segar. Jadi kalau bukan kemarin, pasti pagi tadi sebelum saya datang, mereka pun berziarah ke makam. 

Tak adakah niat melongokkan kepala? Oh ternyata tanah makam bapakku ini menimbun makam tetangga. Oh ternyata makam anakku ini merusak makam lain. 

Kita ziarah pun ada adabnya, Makcik!
Bukan macam kerbau masuk kuburan seruduk sana tabrak sini. 

Kalau sekedar menduduki atau menginjak makam aja nggak diperbolehkan, lalu apa pembelaanmu saat makam keluargamu merusak makam lain? 

Bahkan tanah kuburan pun nggak dibawa mati, Nak. Jangan serakah. Tak ada cerita kau bisa bawa tanah banyak-banyak supaya bisa jualan kavling di akhirat sana.

Akhirnya minta tolong warga yang tinggal di sekitar makam untuk membenahi. Karena kami nggak bawa alat. Si bapak sekalian mempromosikan jasa ganti nisan.

***

Note :

~ Pemakaman umum di tempat saya lokasinya berbukit-bukit. Tanahnya nggak rata. Di foto kelihatannya berjejer, padahal makam baru pak tetangga lebih tinggi.

~ Kalau pemakaman berbukit-bukit, resiko tanah makam kita menimbun makam lain lebih tinggi. Itulah kenapa mata dan adab harus dibuka sama lebar saat pemakaman.

~ Saya menyetujui pelarangan kijing di pemakaman umum. Namanya pemakaman umum, space terbatas, sementara calon jenazah tak terbatas. Maka kita harus bertoleransi. Jangan bermegah-megah. Sisakan tanah bagi yang lain. Karena nggak ada cerita jenazah bisa dibuang ke luar angkasa.

~ Selama berziarah, saya selalu berhati-hati. Makam yang berdempetan dengan makam mama, nggak pernah saya injak-injak. Malah kalau rumput lagi tebal, ikut saya bersihkan juga. Itulah kenapa dada saya sesak sekali saat lihat makam mama rusak karena ketidak pedulian orang.