Entri yang Diunggulkan

Minggu, 22 Oktober 2017

A LA - A LA ELLEN : Puding



Jadi ceritanya, saya sempat ditinggal kerja ke Jekardah oleh pak suami saat baru 6 bulan nikah. Namanya pun penganten baru ya bo’. Mana mau lama-lama berjauhan. Akhirnya saya resign dan nguber pak cinta ke Jakarta (halah, padahal aslinya ya emang udah nggak betah kerja di tempat itu). Taunyaaa... baginda ratu malah cuma bertahan 3 bulan di Jakarta. Balik kandang di bulan ke 4, meninggalkan suami satu-satunya ngekos di Batavia.

Pas udah di rumah lagi, bengong deh. Sempat cangkul-cangkul halaman yang seuprit, bikin bedeng-bedeng, terus nanam sayur mayur. Mulai dari kembang kol, sawi daging, sampai bayam merah. Pas udah sekali panen, mood untuk nanam kembali udah hilang. Emang dasarnya orang bosenan. Pikir-pikir, ngapain lagi ya. Ngerjakan apa ya buat ngisi waktu. Setelah klik-klik internet, akhirnya dapat ide untuk jualan puding aja.

Kenapa puding?
Waktu itu pertimbangannya karena puding itu relatif lebih mudah dibuat oleh newbie pawon model saya. Dan sepertinya di Malang (saat itu) belum banyak penjual puding online. Apalagi yang dihias-hias pakai buah untuk ulang tahun.  Dan kebetulan ada adik ipar yang kerja di Malang, jadi bisa bantu kirim-kirim pudingnya. For your info, saya ini salah satu dari sedikit orang jaman now yang nggak bisa motoran (di dunia ini cuma pak cinta yang mengakui skill motoran saya, padahal saya sendiri aja nggak yakin). Tapi sekalipun bisa, puding (terutama yang puding tart buah) tetap nggak bisa dikirim pake motor hanya oleh satu orang aja. Harus berdua, karena nggak seperti cake tart yang kokoh, puding itu kena goncangan dikit wes iwel-iwel kudu numplek.  

Mulailah petualangan baru saya. Berhubung saya ini tipe yang males keluar duit untuk hal yang belum jelas prospeknya, jadi saya nggak pernah kursus masak. Semua ilmu saya dapet otodidak dari coba-coba bikin, dan wangsit  mbah google. Bahkan saat saya ambil foto untuk promo, saya masih belum ngerti gimana cara nempelin buah di atas puding. Jadi buah-buahnya cuma asal disusun aja di atas puding, tanpa nempel sama sekali gerak dikit ambyar.  Modal nekat aja. Learning by doing.










Stigma bahwa puding adalah makanan anak-anak bikin saya nggak bisa main-main. Bahkan selain untuk puding rainbow (yang happening kala itu), saya hampir nggak pernah menggunakan pewarna atau perisa. Kombinasi warna saya dapatkan dari sirup, atau selai buah, atau coklat bubuk. Kalaupun dapat pesanan puding rainbow, saya usahakan penggunaan pewarna seminimalis mungkin. Tapi hasilnya justru bagus loh. Soft tapi cantik, seperti rainbow beneran di langit.

Nah, mumpung omong-omong soal puding, sekalian aja saya mau bagi info ala ala Ellen seputar dunia perpudingan. Disebut ala Ellen karena sebenarnya saya nggak pernah dapat pelatihan/kursus formal. Jadi apa yang saya bagikan ini hanya berdasarkan pengalaman pribadi selama jadi bakul puding. Mungkin bisa berbeda dari penjelasan para guru yang sudah ahli. Silahkan diikuti mana-mana yang menurut teman-teman nyaman dan benar untuk dieksekusikan. 



Pertama, pertanyaan yang paling sering ditanyakan sama teman-teman biasanya adalah tentang cara menempelkan layer-layer puding pada puding loyang. Proses numpuk beberapa varian puding ini memang kadang nggak berjalan mulus. Bisa jadi saat puding udah keras dan dibalik ke alas kue, layer demi layer ini nggak saling menempel dan ambyar bagai hatiku yang kau khianati. Biasanya sih, penyebab utama lapisan puding nggak saling menempel adalah karena puding didinginkan di dalam kulkas. Ini adalah salah satu pantangan besar. Karena saat didinginkan di dalam kulkas, suhu dingin akan membentuk embun pada permukaan puding. Jadi ketika dituang lapisan berikutnya, kedua puding ini nggak saling menempal karena keberadaan si embun borokokok. Saya selalu mendinginkan puding di suhu ruangan. Memang memakan waktu lebih lama, tapi InsyaAllah puding akan sukses saling menempel saat lapisan berikutnya dituangkan. 

Perhatikan juga cara perebusan adonan puding. Karena menggunakan susu (atau bisa diganti santan), maka puding harus sering-sering diaduk. Dan hindari penggunaan api yang terlalu besar. Ini dilakukan untuk menghindari santan/susu menjadi pecah karena akan berpengaruh pada tampilan puding ketika sudah beku (kecuali kalau memang berniat membuat puding lumut ya. Kalau puding jenis ini memang diusahakan dipanasi sampai susu/santan pecah agar bisa tercipta motif lumutnya). Saat adonan sudah mendidih, langsung matikan api. Puding cair yang kurang panas ketika dituang ke tumpukan puding sebelumnya, beresiko nggak akan menempel. Tapi puding yang terlalu panas akan membuat susu di dalamnya pecah dan terpisah. Jadi harus cermat memperkirakan waktu.

Lalu ada juga pertanyaan mengenai cara menempelkan buah pada permukaan puding. Ini bisa dilakukan dengan menuang tipis-tipis cairan agar-agar plain setelah buah disusuh rapi. Nggak perlu terlalu tebal supaya tampilan buah tetap cantik. Kalau masih ada sedikit space sela antara dinding puding dengan pinggiran alas, bisa diganjal menggunakan potongan buah juga. Dengan cara ini, puding akan berdiri lebih kokoh walau sekelilingny nggak ditahan dengan plastik mika.



Pemilihan buah pun penting untuk menciptakan kombinasi warna yangmenarik dan eye-catching. Buah yang digunakan adalah buah yang berdaging tebal, mudah dibentuk dan bertekstur crispy. Padukan warna-warna ngejreng seperti warna dari buah strawberry dan jeruk, dengan warna-warna yang lebih gelap atau soft seperti warna dari buah anggur atau kiwi. Perhatikan juga kombinasi rasa. Strawberry dan kiwi adalah buah dengan rasa asam. Sementara anggur dan jeruk (jeruk kaleng) cenderung manis. Apel fuji, melon (rock melon yang berwarna daging oranye) atau buah naga juga bisa jadi pilihan. Hati-hati dengan penggunaan buah naga merah karena cenderung berair dan warna air yang keunguan bisa mempengaruhi warna puding atau warna buah lain di sekitarnya. Beberapa jenis buah lebih mahal daripada yang lain. Padu padankan buah yang digunakan agar bisa menekan HPP. Anggur red globe atau kiwi adalah buah yang harganya sering berfluktuasi tergantung musim dan ketersediaan. Sementara harga strawberry atau buah jeruk dan leci kaleng lebih stabil. 








Untuk resep pudingnya, teman-teman bisa menggunakan resep andalan masing-masing. Tapi untuk puding loyang / tart puding, nggak bisa menggunakan resep puding sutra ya karena bertekstur sangat lembek. Perbandingan yang pas antara jumlah agar-agar dan susu yang biasa saya pakai untuk membuat puding loyang ukuran diameter 22 cm x 7cm adalah 3 sachet agar-agar : 1 kaleng susu kental manis putih. 

Saran saya kalau mau buka usaha puding, mulai aja dari yang bisa dipelajari otodidak dulu. Nanti begitu uang sudah terkumpul, lanjut kursus atau ikut pelatihan atau beli buku-buku panduan. Biar makin jago. Jangan kayak saya yang males belajar. Tapi tips yang paling penting, kalau mau jualan, pede aja! Jangan berkecil hati hanya karena nggak punya background pendidikan boga. Pernah nggak makan di warung yang masakannya nggak wuenak babar blas, tapi warungnya tetap bertahan bertahun-tahun? Penjualnya tetap pede aja toh? Hehehe...
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar