Buah yang dagingnya legit ini banyak banget penggemarnya. Kamu
sukanya yang jenis apa? Kalau saya sendiri sih paling suka sama mangga
manalagi. Jenis mangga ini buahnya nggak terlalu besar, bintik putih di kulitnya
lebih jelas, dan kalau dibelah, semakin mendekati biji akan kelihatan ada
semacam bercak ‘madunya’. Manis banget ! Saking doyannya, mangga 2 kilo cuma bertahan
sehari aja kalau di rumah. Betapa tidak, lha wong bune sibuk ngupas, pakne
malah sibuk nyuap. Gitu pun masih rebutan ngrikiti
pelok. Ogah rugi tenan kok.
mangga manalagi
mangga manalagi
Di depan rumah saya, ada pohon mangga manalagi yang usianya
hampir sama dengan usia saya sendiri. Pohon tua. Batangnya besar, dahannya kokoh,
tinggi menjulang deh pokoknya. Dulu hampir setiap tahun saat musim mangga,
pohon ini berbuah banyaaak banget. Sampai buahnya bisa dibagi-bagi ke tetangga.
Waktu saya kecil, hampir-hampir kami nggak pernah beli mangga di penjual buah.
Karena demand akan mangga udah bisa
disuplai dari pohon sendiri. Apalagi kalau sekali dua kali ada kelelawar buah
(kalong) yang mau berbaik hati memetikkan dari ujung pohon yang nggak
terjangkau. Mangga pilihan kelelawar buah itu nggak pernah salah. Pasti matang,
pasti manis. Tanpa repot-repot manjat pula.
Tapi beberapa tahun belakangan, pohon ini udah nggak
seproduktif dulu lagi. Jadi kalau pengen mangga, kami harus beli juga di luar.
Nah, pas pertama kali ngerasain buah mangga manalagi hasil beli, kayaknya kok
beda banget ya sama buah mangga yang biasa dipanen dari pohon di halaman. Kalau
buah dari pohon sendiri, karena baru dipanen saat benar-benar matang di pohon,
jadi ukurannya gendut-gendut montok kayak saya. Dan buahnya beneran
legit, tanpa serat. Kalau mau dimakan saat udah benar-benar matang dan manis,
biasanya diperam dulu di dalam beras. Tapi kalau pengen ngerasain yang ada sensasi
asamnya , bisa langsung kupas-potong saat itu juga.
Kalau beli kan mana bisa gitu. Semua pasti manis dan matang walau
matangnya dipaksa karbit. Dan entah apa karena pengaruh karbit atau hal
lain, mangga manalagi yang dibeli di penjual itu pasti berserat. Jadi nggak
enak dimakannya. Mana ukurannya mungil-mungil pula. Mini-mini kayak saya yang
imut ini *plakk!*
Pohon mangga depan rumah ini pun pernah menyimpan sejuta
cerita. Waktu masih jaman piyik, saya dan sepupu-sepupu saya suka banget
main-main di bawahnya. Pohonnya bisa dipanjat, dahannya pun bisa diduduki.
Nggak tahu deh berapa kali saya pernah minta dibikinin rumah pohon di atas
pohon mangga itu ke orang tua saya. Gara-gara kena racun buku Lima Sekawannya
Enid Blyton yang sering nyebut-nyebut soal rumah pohon. Kayaknya asyik banget
kalau punya ‘markas rahasia’ berupa rumah pohon. Langsung keren to the max kali
ya. Eh, sampai sekarang pun masih pengen punya rumah pohon pribadi sih. Hihi..
Pohon di halaman rumah itu, saking lebat buahnya sampai sering
mengundang tangan-tangan jahil juga. Soal ini, ada cerita lain. Pada suatu
malam, almarhumah mama saya pernah terbangun dari tidurnya gara-gara dengar
suara aneh dari halaman rumah. Keluarlah beliau sendirian, di tengah malam
buta. Dahan pohon mangga yang seharusnya tenang, malam itu berayun-ayun aneh. Beberapa
daun juga berjatuhan. Padahal nggak ada angin. Penasaran, mama saya pun
ngelongok ke atas. Ternyata oh ternyata... mas maling masih berdiri di salah
satu dahan, berusaha untuk nggak bersuara. Mungkin dia berharap kegelapan malam
akan menyembunyikan keberadaannya. Tanpa dia sadari, mata emak-emak itu lebih
tajam dari elang di siang hari, dan lebih hebat dari mata kucing di malam hari.
Berbekal sapu di tangan, mama saya pun melabrak si maling, meneriakinya sampai dia ketakutan dan meloncat dari dahan
tempatnya berdiri (yang cukup tinggi sebenarnya), dan lari tunggang langgang.
The power of emak-emak kok dilawan. Satria Baja Hitam pun
pasti akan bertekuk lutut di hadapan ksatria berdaster ini.
Ngomongin soal mangga, sekarang lagi happening si Mango Thai
itu ya. Dengar-dengar sih gerainya di salah satu mall di kota besar ramai
banget, menciptakan antrian mengular. Dan denger-denger juga, gerai itu sampai
mengimpor mangganya langsung dari Thailand! Wuih... mangga rasa impor emang
beda kali ya. Saya sendiri sih belum pernah nyobain beli. Sayang umur kalau
harus dipake ngantri lama. Tapi di facebook pun udah banyak resep Mango Thai
berseliweran. Gitu pun masih nggak tertarik untuk nyoba bikin. Menurut saya,
Mango Thai itu cara ribet untuk makan mangga! Hahaha *dilemparblender*. Tapi yakin sih pasti enak, secara emang itu isiannya saya suka semua.

Mango thai adalah perpaduan dari jus mangga, whipped cream,
es serut (atau ice cream?) mangga, dan potongan buah mangganya sendiri. Jus
mangga kan sering minum. Whipped cream juga tahu rasanya. Ice cream mangga? Pernah bikin sendiri. Begitu juga dengan rasa buah mangga potong. Semua bahan
yang membentuk mango thai itu udah pernah saya coba. Jadi tinggal bayangin aja makan
semua bahan itu bareng-bareng. Beres tho? Ntar deh kapan-kapan saya
kasih resep bikin ice cream mangga simple yang enak.
ice cream mangga buatan sendiri. sumpah ini enak bangeeett
Mangga nggak pernah gagal menghadirkan sejuta cerita. Dari
India sampai Indonesia. Dari Meksiko sampai Filipina. Buah ini selalu dicari,
bahkan digandrungi juga sama bule-bule di Yurop dan Ameriki sono. Mungkin makan
mangga bisa bikin mereka ngerasa eksotis instan kali yaaa...