Saya nggak pernah bisa benar-benar suka jalan-jalan ke pantai. Sekali waktu, mungkin oke. But mostly, saya lebih milih untuk pergi ke gunung kalau ada waktu luang. Kalau ditanya apa alasannya, mungkin karena saya emang nggak bisa berenang sih. Buat orang yang nggak bisa berenang, pergi ke pantai itu rasanya seperti makan di rumah makan Padang tapi cuma bisa makan kuah bumbunya aja karena lagi kolesterol tinggi. Lagian saya juga nggak punya beach body. Berfoto dengan background luas tanpa obyak lain sebagai pengalih perhatian bikin saya kelihatan kayak buaya muara yang kesasar. Benar-benar stands out di fotonya.... dalam artian negatif. Hahaha...
Tapi kemarin, ceritanya adik ipar ngajakin ke pantai untuk rekreasi keluarga. Dan karena yang dituju adalah salah satu pantai di Malang Selatan, tentulah saya dan suami harus ikut. Mertua dan adik-adik ipar berangkat dari Krian - Sidoarjo pagi-pagi setelah sholat subuh. Saya, seperti biasa, kalau dapat kunjungan mertua pasti langsung rempong bikin pencitraan. Sejak sehari sebelumnya udah mulai beberes rumah. Masalahnya saya emang tipe orang yang practical kalau soal pekerjaan rumah tangga. Di hari-hari biasa, cuma ngerjakan sektor yang taktis dan strategis. Sama sekali jauh dari standar perfeksionis. Nanti kira-kira 2 minggu sekali atau sebulan sekali kalau rajinnya udah datang, baru deh ngelakukan general cleaning. All out sampai ke sudut paling tersembunyi yang di hari-hari biasa bahkan dilirik pun nggak.
Tapi kemarin, ceritanya adik ipar ngajakin ke pantai untuk rekreasi keluarga. Dan karena yang dituju adalah salah satu pantai di Malang Selatan, tentulah saya dan suami harus ikut. Mertua dan adik-adik ipar berangkat dari Krian - Sidoarjo pagi-pagi setelah sholat subuh. Saya, seperti biasa, kalau dapat kunjungan mertua pasti langsung rempong bikin pencitraan. Sejak sehari sebelumnya udah mulai beberes rumah. Masalahnya saya emang tipe orang yang practical kalau soal pekerjaan rumah tangga. Di hari-hari biasa, cuma ngerjakan sektor yang taktis dan strategis. Sama sekali jauh dari standar perfeksionis. Nanti kira-kira 2 minggu sekali atau sebulan sekali kalau rajinnya udah datang, baru deh ngelakukan general cleaning. All out sampai ke sudut paling tersembunyi yang di hari-hari biasa bahkan dilirik pun nggak.
Minggu pagi, saya bangun jauh sebelum adzan subuh berkumandang. Demi apa? Demi masak semur daging andalan, cuy!. Saya masak sambil mesam-mesem, ngebayangin bakal dipuji sama bumer (Syukur-syukur nek dipamerno ke seantero kampung di Krian bahwa mantunya yang manis jelita ini pinter masak *ehem!*). Begitu orang-orang pada beres makan, saya nanya donk ke bang suami "ada komen nggak?", dijawab dengan pasti olehnya "nggak ada".
Krik....krik....krik..... mbak manis jelita pun gigit jempol.
![]() |
Pantai Gatra saat pasang. Ombaknya pun tetap nggak seganas pantai lain. |
Oke, skip.
Jadi ceritanya ponakan saya yang hampir seusia sama Pimon lagi pengen berenang di pantai. Makanya adik ipar saya ngajakin untuk pergi ke pantai Gatra yang katanya aman untuk direnangi. Bah! Di mana pula pantai bernama Gatra ini? Tak adalah aku pernah dengar.
Pantai Gatra rupanya masuk ke dalam wilayah Clungup Mangrove Conservation atau yang juga disebut CMC Tiga Warna, yang di dalamnya mencakup beberapa pantai. Jadi bayar tiket sekali, bisa ke beberapa pantai. Ada pantai Clungup, Gatra, Tiga Warna dan entah apa lagi yang lain. Di tiket kemarin ada tulisannya, tapi lupa foto dan lupa ngapalin.
Secara administratif, lokasi CMC Tiga warna ini masuk ke Dsn. Sendangbiru, Desa Sitiarjo, Sumbermanjing Wetan - Kabupaten Malang. Kami kemarin berangkat lewat Turen, menuju ke arah Sendang Biru. Sesampainya di Jalur Lintas Selatan, cari petunjuk arah yang menunjukkan belokan ke pantai Clungup. Dari sana ikuti terus papan petunjuk jalan yang bertuliskan arah ke CMC Tiga Warna. Perlu diingat dari sini rutenya masuk-masuk jalan kampung yang mepet untuk papasan 2 mobil. Begitu mendekati parkiran mobil, jalan aspal akan berganti jadi makadam hardcore. Lumayan buat goyang-goyang lemak perut di kendaraan.
Pantai Gatra rupanya masuk ke dalam wilayah Clungup Mangrove Conservation atau yang juga disebut CMC Tiga Warna, yang di dalamnya mencakup beberapa pantai. Jadi bayar tiket sekali, bisa ke beberapa pantai. Ada pantai Clungup, Gatra, Tiga Warna dan entah apa lagi yang lain. Di tiket kemarin ada tulisannya, tapi lupa foto dan lupa ngapalin.
Secara administratif, lokasi CMC Tiga warna ini masuk ke Dsn. Sendangbiru, Desa Sitiarjo, Sumbermanjing Wetan - Kabupaten Malang. Kami kemarin berangkat lewat Turen, menuju ke arah Sendang Biru. Sesampainya di Jalur Lintas Selatan, cari petunjuk arah yang menunjukkan belokan ke pantai Clungup. Dari sana ikuti terus papan petunjuk jalan yang bertuliskan arah ke CMC Tiga Warna. Perlu diingat dari sini rutenya masuk-masuk jalan kampung yang mepet untuk papasan 2 mobil. Begitu mendekati parkiran mobil, jalan aspal akan berganti jadi makadam hardcore. Lumayan buat goyang-goyang lemak perut di kendaraan.
Bagi yang naik kendaraan roda empat atau lebih (kali aja looooo ada yang pake truk tronton), wajib memarkir kendaraan di parkiran, karena rute berikutnya menuju pantai nggak bisa dilalui oleh mobil. Jalanannya sempit dan berbatu tajam. Harus ngojek dengan biaya Rp 5.000 per motor. Tapi kalau pengunjung datang ke sana pakai motor, dibolehkan masuk terus hingga ke pos 1. Bai de wey, itu para mas-mas yang ngojek kayak santai aja gitu lewat jalanan berbatu tajam. Motor digeber kenceng kayak jalan di surga. Bikin saya keki karena riweuh menyeimbangkan diri. Si Pimon yang duduk di tengah nggak mau pegangan ke om ojek. Apalagi saya. Takutnya kalau udah pegangan, kebablasan cium tangan segala. Kebiasaan diboncengin suami.
Begitu ojek sampai di pos 1, perjalanan belum berakhir. Kita masih harus jalan kaki lagi kira-kira 150 meteran untuk sampai ke pos 2 (jalanan batako). Di pos 2 kita beli tiket masuk dan ngisi list barang bawaan. Ada petugas yang akan mendata barang bawaan kita, terutama yang berpotensi jadi sampah. Seperti air minum botol, rokok, pembalut, pospak, snack, makanan dalam sachet, dan lain-lain. Karena ini wilayah konservasi, jadi sampah-sampah itu harus dibawa kembali, dan akan dicek di pos 1 saat kita pulang (kalau makanan atau minumannya sudah habis, tunjukkan sisa pembungkusnya). Tujuannya agar pantai tetap bersih dan para pengunjung bertanggung jawab pada sampah masing-masing.
Dari pos 2 ke bibir pantai, kita jalan kaki lagi kira-kira 400 - 500 meteran. Naahhhh... di bagian ini ada yang menarik. Jadi di tengah-tengah perjalanan, kita akan ketemu dengan satu wilayah yang ada pohon-pohon bakau. Di saat air laut pasang (dan kemarin kami sampai tepat saat laut pasang), tempat ini akan tergenang air sampai setinggi 30cm. Jadi mesti siap-siap angkat celana dan sepatu. Bagi yang bergamis ya wes relakan saja berbasah-basahan. Toh nanti begitu sampai di pantai kan main air lagi.
![]() |
2 foto di atas diambil di perjalanan pulang saat air laut sudah surut. Di tengah hari saat air pasang, hamparan pasir itu ketutup air. |
Setelah melewati tempat yang berpohon bakau ini, kita udah dekat dengan lokasi pantai Clungup. Pantai ini seperti teluk yang cuma tergenang air saat lagi pasang aja. Kalau waktunya air surut, yang tertinggal hanyalah
![]() |
Pantai Clungup. Di waktu pasang terlihat seperti pantai pada umumnya. Begitu surut, air di foto itu berganti jadi pemandangan pasir basah. |
Daaannn.... akhirnyaaa setelah dinanti-nanti dengan perjalanan panjang, sampai juga kami ke pantai Gatra. Ada banyak tenda waktu kami datang. Rupanya banyak yang baru menghabiskan malam minggu sambil camping di sana. Sebenarnya pasir putih di pantai ini nggak begitu luas. Nggak seluas pantai-pantai lain di Malang selatan. Tapi emang bersih banget. Nggak ada sampah bungkus makanan, bungkus rokok, bungkus permen, bahkan nggak ada warung. Hahaha.. Cuma ada satu penjual makanan di dekat toilet. Harganya khas harga tempat wisata ya.. jadi emang mending bawa air dan cemilan sendiri dari rumah.
Ombak di pantai Gatra cukup tenang. Banyak pengunjung yang berenang dan main kano. Harga persewaan kano beserta jaket pelampung cuma Rp 25.000 aja. Saat hari semakin sore, air semakin surut jadi semakin enak dipakai main-main air. Si Pimon pun kemarin sempat dibawa papanya masuk ke air. Awalnya nolak-nolak karena takut, eh begitu udah kena air malah kesenengan nggak mau diajak pulang. Terus mamaknya ngapain? Berhubung nggak bawa baju ganti ya cuma main-main pasir aja sambil foto-foto.
Was it fun? Yaaa... lumayanlah. Kalau bisa berenang dan emang suka pantai sih dijamin pasti suka banget ada di sini. Tapi nggak direkomendasikan untuk bawa orang yang sudah sepuh ya. Kemarin kami pun sempat kesulitan karena bawa bapak mertua yang sudah hampir berusia 80 tahun. Pantai ini emang lebih cocok buat anak muda atau yang merasa muda aja.
CMC Tiga Warna ini tutup setiap hari kamis untuk dibersihkan. Jadi jangan datang pas hari Kamis ya. Dan boleh dipertimbangkan untuk bawa masker agar bisa digunakan pas ngojek. Maklum ajalaahh... mas-mas ojek itu stand by dari pagi sampai sore. Dan kalau sabtu minggu, pengunjung lumayan ramai jadi mereka laris manis. Sedikit banyak kan pasti berkeringat, apalagi kalau cuaca panas. Ngerti toh ke mana maksudnya? Hehehe...