Entri yang Diunggulkan

Minggu, 12 November 2017

CINTA KRIAN - MALANG : Kupang lontong

Yes, kupang lontong. 
Bukan lontong yang berasal dari kota Kupang. Tapi lontong yang ditopping ribuan ekor kerang mini-mini rebus yang lebih tenar dengan sebutan kupang, disiram kuah berbumbu, dan biasanya disajikan dengan lento serta sate kerang. 

http://www.indonesia-tourism.com/forum/showthread.php?48675-Kupang-Lontong-Typical-Culinary-in-East-Java-Indonesia


Makanan ini khas Surabaya, Sidoarjo dan Pasuruan banget. 

Maklum, si kupang hidupnya di perairan deket-deket pantai yang berarus tenang. Doi suka berkerumun nemplok di tumbuhan laut. Jadi para nelayan cukup motong aja tumbuhan lautnya, dan kupang-kupang se-RW yang pada nempel itu pun tinggal diserut sampai rontok. JANGAN PERCAYA pada rumor yang mengatakan bahwa nelayan memancing kupang menggunakan triplek yang dilapisi oleh *maaf nih* kotoran manusia. Itu pembunuhan karakter yang laknat to the max. 


Konon kata wikipedia, kupang mengandung nutrisi yang sangat baik bagi tubuh. Berderet-deret mulai dari asam amino, asam lemak, zat besi, zinc, dan lain-lain. Jadi makan kupang ini harusnya bikin sehat beeuuudd. Asal bukan dimakan sama orang yang alergi seafood yes.

Dan sebagai orang Krian tulen sampe ke tulang sum-sum, tentu aja suami saya doyan banget sama kupang lontong. Saya inget betul dia memperkenalkan makanan ini pada saya bertahun-tahun lalu saat kami masih pacaran. Saya yang dasarnya emang suka pilih-pilih makanan, nggak ngerti apa itu kupang lontong, dan bagaimana penampakannya. Waktu doi ngajak saya makan di warung pinggir jalan, dia cerita dengan hebohnya tentang betapa enak makanan yang satu ini. Ngomongnya bener-bener ekspresif, dengan penghayatan melebihi aktor kawakan pemenang 12 piala Oscar. Sampai air liur saya pun terhipnotis dengan sendirinya. 


EEE TAAAPPPIIIIIIII.....!!!
Begitu si bapak penjual mengangsurkan sepiring kupang lontong kepada mas kekasih... JENG JENG!!!
Saya kok langsung mual kena aromanya. Hahaha.... *geleng-geleng panik*. Dan selain aroma, rupanya bagi saya penampakan kupang lontong pun nggak menggugah selera. Yeah, I know it's someone else's culture. Can not say anything bad about it. Namanya selera kan emang beda-beda. Kebetulan aja makanan ini nggak berhasil memikat selera pribadi saya. 

Di Malang, penjual kupang lontong membandrol seporsi makanan ini dengan harga antara Rp 10.000 - 12.000 tergantung jumlah sate kerang yang ditambahkan. Tapi di Krian, percaya nggak percaya, masih ada loh penjual kupang lontong keliling yang menjajakan makanan ini dengan harga Rp 6.000 aja per porsi. Apa mungkin karena di Krian harga kupang lebih murah ketimbang di Malang ya?

Ngomong-ngomong soal kupang lontong, biasanya penjual makanan ini akan sekalian menjual es kelapa muda alias es degan sebagai pelengkapnya. Tiada lain tiada bukan adalah karena kupang bisa menimbulkan reaksi alergi bagi beberapa orang. Dan es kelapa muda yang diminum setelah makan kupang, akan mampu menetralisir efek alergi ini. Jadi inget, dulu saya pernah punya teman kerja yang berasal dari Bandung. Urang Sunda asli yang nggak bisa makan kalau nggak pake lalapan. 

Suatu hari, teman saya ini diajakin oleh rekan yang lain ngejajan kupang lontong di dekat kantor. Makannya sih enak. Lahap nggak pakai lihat kanan kiri. Lah tapi besoknya teman saya itu langsung absen nggak masuk kerja karena mencret. Hahaha. Nggak tahu juga sih apakah emang karena perutnya nggak tahan dengan kupang, atau saat itu kebetulan mereka beli di penjual yang kurang bersih saat mengolah. Tapi sepertinya, bapak itu emang nggak langsung minum es kelapa muda setelah makan deh.

Dalam rumah tangga kami sendiri, sejatinya si kupang lontong masih menjadi duri dalam daging. Sebagai istri solehah yang baik hati, lembut, perhatian dan taat suami (ehem! prasasti mana prasasti), manalah saya bisa menjauhkan pak suami dari makanan kesukaannya ini. Paling-paling kalau beliau habis makan kupang lontong, saya cuma bisa nyodorin sikat gigi sama odol. Biar pas sun-sun pipi baginda ratu, nggak ada aroma si kerang imut yang ikutan menyapa. Bahkan setelah bertahun-tahun, saya masih nggak kuat juga sama baunya. 

Hobinya menyantap kupang lontong ini menyadarkan saya betapa kami memang berasal dari latar belakang yang sangat berbeda. Kupang lontong yang sangat khas pesisir ini seolah bicara banyak soal kehidupan suami saya sebelum kami ketok palu teken kontrak mati. Ah.... ternyata cinta emang sungguh powerful, bulek! Sanggup menyatukan dua insan yang bahkan si kupang pun nggak bisa misahkan.

Tsaahhh!


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar