Entri yang Diunggulkan

Selasa, 26 Desember 2017

MBAH TO



Mbah To.
Begitu kami mengenalnya.

Laki-laki bertubuh kecil, tuna wicara, dan berjalan dengan menyeret salah satu kaki.
Saya mengenal beliau sejak kecil. Mbah To sudah seperti living legend di kampung tempat kami tinggal. Rasa-rasanya nggak ada yang nggak mengenalnya. Mulai dari balita yang baru belajar berjalan, sampai aki-aki yang berjalan dengan bantuan tongkat, semua pasti tahu siapa mbah To.

Beliau tidak menikah, menyukai bayi dan anak-anak kecil, dan tinggal bersama saudara serta beberapa orang keponakan. Pekerjaannya serabutan. Apapun tawaran yang diberikan orang, selama dia sanggup mengerjakan, pasti diterima.

Bapak saya pernah bercerita, bahwa mbah To kecil pernah menjadi korban penculikan wewe gombel. Berhari-hari hilang, sampai warga sekampung mencari sambil memukul-mukul berbagai macam peralatan dapur. Konon katanya, saat warga sedang ramai-ramai berkelontangan dengan wajan dan panci, tiba-tiba saja tubuh kecil mbah To terjatuh dari ketinggian pohon angker di dekat sungai nun jauh di pelosok kampung seberang. Saya yang masih ingusan, mendengarkan cerita itu dengan terkesima, dan membawanya hingga dewasa.

Then it turns out my whole life is a lie.
Kenyataannya, Mbah To memang sudah tuna wicara sejak lahir. Begitu juga dengan kekurangan fisiknya yang lain. Sudah ada sejak beliau dilahirkan ke dunia. Mungkin saat itu bapak sengaja mengarang-ngarang cerita agar saya menjadi anak yang anteng duduk di rumah dan menjauhi sungai yang berbahaya. Perkara apakah memang benar ada mamak-mamak raksasa dengan ukuran bra segede sprei spring bed king size yang doyan mungut anak-anak kecil yang kelayapan sampai maghrib, saya masih belum bisa memastikan.

Tapi mbah To rupanya menciptakan kegemparan lain bertahun-tahun lalu.
Sekali lagi, beliau menghilang selama berhari-hari, setelah berpamitan pada keluarga akan pergi memancing di sungai Bango, sungai yang jembatannya menghubungkan daerah Bunul dan Sawojajar itu. Tapi kali ini, beliau benar-benar menghilang tanpa bekas. Bukan hanya sekedar rumor untuk menakut-nakuti anak-anak. (Lagipula, ancaman nggak akan dibelikan paket internet rupanya lebih manjur untuk membuat anak-anak jaman sekarang menjadi patuh ketimbang peringatan soal wewe.gombel.co.id, bukan begitu?)

Satu kampung kembali heboh dibuatnya. Kali ini sampai melibatkan paranormal.
Entah bagaimana keseluruhan ceritanya (karena saya baru mendengar soal ini setelah lewat beberapa tahun dan bukan saat kejadiannya berlangsung), mbah To kemudian muncul kembali di tempat dia biasa menunggu kail, seminggu sejak pertama kali dinyatakan hilang. Beliau bercerita – dengan cara komunikasinya yang terbatas – bahwa sesosok makhluk halus telah mengajaknya ke alam lain untuk dinikahi, dan melarangnya kembali ke dunia nyata.

Begitulah yang saya dengar. Wallahua’lam.

Untung saja, setelah peristiwa itu nggak ada lagi hal-hal aneh yang menggemparkan hidupnya yang damai. Mbah To kembali pada rutinitasnya seperti biasa.

Saat ada kegiatan kerja bakti, mbah To pasti selalu hadir.
Saat masjid membutuhkan bantuan untuk melangsungkan acara, mbah To selalu siap.
Saat ada rombongan pengantar jenasah, mbah To selalu ada di barisan terdepan untuk membuka jalan.
Saat ada orang yang membutuhkan jasanya untuk membuang barang-barang bekas/bongkaran, mbah To dengan semangat datang bersama gerobak tua yang disewanya seharga lima ribu rupiah.
Dan saat adzan berkumandang, mbah To dengan sigap segera menyeret sepasang kakinya yang timpang ke arah masjid, di awal waktu.

Suatu kali, seseorang pernah memberikan kepada mbah To sebuah handphone yang nggak lagi berfungsi. Sejak itu, mbah To akan sering terlihat berjalan ke sana kemari sembari menempelkan handphone mati itu di telinganya dengan mimik wajah serius, seolah sedang berbincang dengan rekanannya mengenai suatu tender proyek besar.

Orang-orang menggoda mbah To. Anak-anak kecil antara berlari ketakutan atau malah berlari mendekat untuk bermain dengannya. Beberapa pemuda terkadang juga menjadikannya bahan lelucon. Tapi mbah To selalu tertawa riang sebagai jawaban.  Menertawai diri masih lebih menyenangkan ketimbang merutuki nasib, mungkin begitu keyakinan hatinya.

Bagi saya sendiri, mbah To adalah perlambang orang yang telah lama menyadari bahwa dunia ini hanyalah urusan singkat saja. Selama masih ada rejeki untuk melewati hari, maka tak ada risau di hati. Mungkin beliau pun pernah berangan-angan memiliki keluarganya sendiri. Tapi kalaupun tak ada, maka tak jadi soal. Bukankah anak istri memang nggak akan menemani mati?

Orang harus hidup dengan mempertahankan apa yang dimiliki. Bahkan sekalipun yang tersisa hanya iman di hati, maka itulah yang harus diperjuangkan. Bisa jadi, itulah yang memberi kekuatan bagi kaki-kaki mbah To yang pincang untuk selalu ringan melangkah menuju masjid kapanpun adzan terdengar.

Memenuhi panggilan Rabbnya, yang tidak pernah meninggalkan dia sendiri di dunia.

Jumat, 08 Desember 2017

PARALAYANG : ANTARA NYALI DAN RASAN-RASAN



Long weekend lalu, suami saya ambil cuti dua hari untuk nambahin liburan. Dan kami sekeluarga pun berencana untuk nyobain cafe Daun Coklat di kawasan Coban Rondo, Pujon - Kab. Malang.

Coban Rondo adalah kawasan wisata favorit yang udah lama banget buka dari jaman baheula. Tapi saya sendiri baru sekali ke sana sekitar 10 tahun yang lalu, saat ada rekan kerja dari Vietnam yang dikirim ke kantor Indonesia. Saya dan beberapa teman lain kemudian disuruh nemenin doi jalan-jalan di seputaran kota Batu. Saat itu Coban Rondo cuma menawarkan wisata air terjun aja dan bumi perkemahan. Selepas hari itu, saya belum mendatangi tempat wisata ini lagi.

Beberapa tahun belakangan, saat hampir semua tempat wisata di sekitaran Malang raya berbenah dan mempercantik diri (utamanya karena muncul fenomena selfie), Coban Rondo juga nggak mau ketinggalan. Salah dua suguhan baru yang ada di sana yaitu taman labirin dan cafe Daun Coklat. Iseng-iseng menjelang long weekend kemarin saya googling. Dari review Google, saya jadi tahu bahwa cafe Daun Coklat ini tempatnya adem, harga makanannya relatif murah, dan ada spot-spot berfoto yang bagus. Itulah kenapa kami jadi penasaran pengen nyoba ke sana. 

Dari Google juga saya tahu bahwa untuk masuk ke cafe Daun Coklat, kami harus bayar tiket masuk Coban Rondo dulu karena lokasinya yang ada di dalam area si tempat wisata. Ah nggak apa-apalah, pikir kami. Kan tiket masuk coban juga nggak mahal-mahal amat. Saya intip di : http://www.hargatiketmasuk.info/malang/harga-tiket-masuk-coban-rondo/ tertulis harga tiket masuknya cuma  15 ribuan di weekday, dan 18 ribuan di weekend. Sementara dari review Google saya tahu untuk masuk ke cafe Daun Coklat, per orang akan ditarik lagi Rp 2.500 aja, di luar harga makanan yang dipesan. Dari blog di atas juga saya baca-baca harga tiket lain yang harus dibayar kalau mau masuk ke wahana berbeda seperti taman labirin, taman toga, atau memberi makan rusa. 

https://www.tempat.co.id/wisata/Air-Terjun-Coban-Rondo

http://www.dakatour.com/rute-dan-lokasi-daun-coklat-malang-cafe-hits-dengan-nama-alias-dancok-suguhkan-nuansa-alam.html

Singkatnya, jeng-jeng-jeng.... setelah motoran dari Bunul-Malang ke Pujon, sampailah kami di depan gerbang masuk Coban Rondo. Ada seorang bapak petugas yang menyambut kami. Saat suami tanya berapa yang harus dia bayar, bapak tersebut bilang "Tiga puluh Mas. Eh maaf. Tujuh puluh enam Mas" 

Ebuseetttt!!!!!
Tujuh-puluh-enam-ribu paaaakkk??? 
(komat-kamit istighfar dalam hati) 

"Iya Mas. Tiket terusan" jawab si bapak sembari menunjukkan harga yang tertera di kaca loket. 
Di sana ada sebuah kertas pengumuman yang bertuliskan harga tiket (terusan) baru sebesar Rp 35.000 untuk wisatawan nusantara di weekday, dan entah berapa nggak kebaca untuk weekend-nya karena udah keburu syok. (By the way, kami ke sana di hari senin jadi seharusnya total tiket yang harus dibayar cuma Rp 70.000 aja untuk dua orang kalau mengacu tulisan di kaca loket. Mungkin yang Rp 6.000 sisanya buat parkir? Mungkin looooo....)
 
Mendengar si bapak yang di awal salah menyebut harga tiga puluh ribu, sepertinya harga tiket terusan ini emang baru aja diberlakukan. Tapi entah tepatnya mulai kapan.

"Kalau tiket yang nggak terusan nggak ada pak?" tanya saya.
"Nggak ada mbak" jawab si bapak lagi. 

Bisa diduga apa yang terjadi selanjutnya. Tentu aja kami balik kanan, beib. 

Menurut saya nih ya. Boleh-boleh aja si Coban bikin tiket terusan. Kan emang wahana yang ditawarkan di dalam ada banyak. Dan jatuhnya emang lebih murah kalau pakai tiket terusan. Taaapiiiii.... alangkah baiknya kalau customer diberikan pilihan. Jangan dipukul rata semua kudu beli tiket terusan. Tiket reguler juga harus tetep tersedia. Ya kan kali-kali aja ada pengunjung cekak duit kayak saya yang pengen masuk cuma buat ngelamun di bawah air terjun. Buat apa saya 'dipaksa' bayar mahal-mahal kalau nggak tertarik masuk ke spot yang lain? Mbok yo ojo sok jual mahal gitu lah... ntar selamanya jadi Rondo lo. Gak payu-payu, trus piye?

Karena kami udah jauh-jauh sampai ke Pujon, sayang kalau langsung balik ke Malang. Akhirnya kami pergi aja ke spot Paralayang. Sebenernya sih suami saya yang suka ke sini. Maklum, orang dataran rendah. Kalau bisa lihat panorama gunung girang banget dia. Anak saya juga suka sih ada di sini. Nggak tahu juga kenapa. Padahal dari orok juga udah jadi anak gunung. Dan di paralayang ini kan sebenernya nggak ada spot buat anak-anak. Kecuali kalau bablas masuk ke Taman langit. 

(Kalau saya sih cuma suka di sini karena toiletnya bersih aja. Nggak risih kalau mau pipis. Tapi perkara harga makanan jangan ditanya deh. Khas tempat wisata. Buat yang banyak duit sih mungkin biasa aja bayar pop mie 10ribu dan teh anget 5ribu. Kalau kata orang bijak, murah mahal itu relaaaa...?? tiiiiffff...) 

Kebetulan saat kami ke sana, ada beberapa pengunjung yang nyoba tandem paralayang, dan
beberapa atlet yang lagi latihan. Lumayan seru ada tontonan. Apalagi kemarin ada salah satu atlet yang sampai 2 kali gagal terbang. Entah karena parasutnya kurang dapet angin atau alasan teknis lain. Bahkan di percobaan ke tiga, para penonton dibikin deg-degan (bahkan salah satu ibu-ibu ada yang sampai memekik ketakutan) karena saat masnya udah lompat, parasutnya seakan nggak dapat angin dan hampir terjun bebas ke jurang. Untung dia berhasil ngendalikan lagi beberapa detik setelahnya. Slameeettt.... semua orang pun ngelus dada dan bernapas lega. 





Dan seperti yang bisa saya harapkan (kalau yang seperti ini bisa disebut faktor hiburan juga sih), para penonton yang berkerumun di sekitar lokasi take off itu suka banget rasan-rasan dan berkomentar sok tahu tentang ini itu. 

Beberapa waktu lalu saya pernah nulis di akun facebook juga soal ini bahwa hidup itu seperti main paralayang. Saat kamu memutuskan untuk melangkah, akan selalu ada suara-suara sumbang yang mengomentari keputusanmu. Sama seperti main paralayang. 

Orang yang berani tandem adalah orang-orang yang nggak takut ketinggian, pemberani, dan mau bayar mahal untuk itu. In short, they take all the risks. Tapi coba perhatikan. Di sekitar landasan take off, pasti akan selalu ada penonton yang mengolok-olok. 

"mbak, ati-ati ojo ngompol ndek nduwur (mbak, hati-hati jangan ngompol di atas)" 
"iku asline ndek nduwur bengok-bengok keweden (itu aslinya di atas jejeritan ketakutan)"
"awas mbak, wedak'e luntur kenek angin (awas mbak, bedaknya luntur kena angin)" 
dan olok-olok lain yang dikatakan dengan gaya ngece.

Padahal itu orang-orang yang komen bisa apa sih? Disuruh tandem paralayang pun paling lututnya tremor dan nangis nyari ketek mamaknya. Bisa nonton doank aja udah sok ngece-ngece yang pemberani. Dia nggak tahu, saat dirinya sibuk ngejekin kanan kiri, yang diejekin udah melayang tinggi di langit, di tempat yang bahkan ejekan itu nggak bakalan bisa ngejangkau. Kedengaran familiar kan? 

Mending kayak saya donk. Jelas nggak punya duit dan jelas nggak berani ketinggian. Jadi duduk anteng aja sambil foto-foto dengan terpesona. 

Kamis, 23 November 2017

MALANG RAYA, SERIBU JUJUGAN

Malang Raya. 
Maksudnya perpaduan wilayah kota Malang, kabupaten Malang, dan kota Batu. Dengan cakupan wilayah seluas itu, artinya ada baaaaanyaaaaakkkk banget tujuan wisata yang bisa dipilih. Diulang lagi nih. Baaaaaaaanyaaaaaaakkkk banget. Noh, sampe susah kan ngitung huruf A-nya.  

Mulai dari wisata alam, wisata modern, wisata kampung tema, wisata belanja, wisata kuliner, wisata gretongan... tinggal pilih! Walau sebenarnya sih kalau menurut saya sayang banget kalau ke Malang cuma buat nge-mall. Karena mall di Malang masih kalah juga sih kalau dibandingin mall di kota-kota besar lain. Lah, emangnya ada gitu yang jauh-jauh ke Malang cuma buat ke mall? Ada! Percaya deh. Tapi nggak bisa disalahin juga sih. Namanya selera kan beda-beda ya. Ada orang-orang yang emang sukanya refreshing ke pusat perbelanjaan. Belanja belanji ono ini, baru deh dahaga jiwanya bisa 'terpenuhi'. 

Dan ada juga yang bilang mau berwisata ke Malang, tapi yang dituju kota Batu. Hahaha... ini agak rancu sih emang ya. Karena kota Batu pernah jadi bagian dari kabupaten Malang, jadi kadang orang luar kota kalau mau ke Jatim Park bilangnya ya mau ke Malang. Mungkin karena emang startnya teteup dari Malang sih. Tuh buktinya apel yang hejo-hejo atau yang ombre kuning-merah disebutnya tetep apel Malang. Padahal mah di kota Malang mana ada pohon apel. Ada juga di kota Batu. Atau di kabupaten Malang sebelah timur yang deket gunung. Kalau di kota Malang sih adanya pohon trembesi di mana-mana buat peneduh jalan.

Ngomongin soal selera, dari segala jenis wisata yang saya sebut di atas, yang paling keluarga kami suka adalah wisata alam. Karena kalau ke tempat wisata modern macam Museum Angkut, Predator Fun Park, Jatim Park, Hawaii Water Park, dan Park Park lainnya (kecuali Park Shin Hye), jujur aja masih kemahalan buat budget kami. Iya donk. Lah itu tempat-tempat yang saya sebut kan harga tiketnya pada hari-hari weekday masih seputar 50ribu sampai 75ribu per orang. Kalau weekend atau peak season malah bisa lebih mahal lagi. Dikali tiga orang, udah masuk nominal ratusan rebu. Belum ngejajan dan bensinnya. Oh tidaaaaakkkk..... maen-maen sekali, makan indomie seminggu donk. Manalah kami ini tipe keluarga yang gatelan. Nggak bisa lihat hari libur tanpa jelong-jelong. Lah kalau tiap sabtu-minggu pergi ke sana, bisa bank to the krut ini mamak. Padahal aslinya sih pengen juga. Tiap kali lihat foto atau review, senjatanya cuma komat kamit baca mantra "belum saatnya...belum saatnya....". Nunggu rejeki lebih lapang, pasti deh ntar dijabanin satu-satu! 

Sementara kalau wisata belanja dan kuliner, buat kami sih itu bukan wisata. Tapi kebutuhan. Kalau ada barang yang dibutuhkan ya belanja. Kalau lagi lapar ya beli makan. Hambar banget Tong kalau ke mall cuma window shopping doank! Pikiran bukannya tambah seger, malah jadi makin depresi karena sagala aya di mall. Tapi teu aya nu diangkut. Saya tuh, kalau pas diajakin jalan ke mall terus kebetulan lihat barang yang bagus dan dipengen tapi nggak ada duit, kepikirannya bisa tujuh hari tujuh malam. Dan entah kenapa, tiap kali udah punya duit dan disamperin lagi, kok si barang yang kemaren-kemaren dilihat pake mata miskin bisa kelihatan kinclong bagus memikat hati, sekarang bisa jadi busuk banget pas dilihat lagi setelah punya duit? Jadi nggak puas. Kesimpulannya, kalau beli itu harus pas pengen. Biar euforianya masih menyala-nyala (kalau suami saya denger gini paling cuma melengos sambil bilang modus). Makanya sekalian aja ngehindari tempat belanja kalau nggak ada barang yang diperlukan.

Di kota Malang sekarang udah banyak juga ya taman-taman gratis yang cantik-cantik. Contohnya taman Trunojoyo, taman Singha Merjosari, taman Slamet, jangan lupa juga Alun-Alun, serta taman-taman yang lain. Di tempat kayak gini, anak-anak bisa lari-larian. Bahkan sebagian besar juga udah dilengkapi sama arena bermain anak. Si Pimon juga suka kalau diajakin ke taman karena bisa ketemu banyak teman. Tapi emak bapaknya yang nggak sreg, walau gratis. Secara ini kan selera anak-anak banget. Jadi si anak seneng, ortunya garing. Garing karena bosen, sekaligus garing keriting karena harus keluar keringat ngejar-ngejar si anak yang kalau udah lari-larian, bagai mainan robot-robotan yang diisi baterai jumbo 30 biji. Nggak ada capeknya!

Kesimpulannya, yang paling kami suka adalah wisata alam. Yang temanya gunung, air terjun, hutan pinus, atau pantai. Kalau yang begini barulah level keluarga kami banget. Selain karena tiketnya murah (paling mahal 10ribu per orang), tempatnya adem, dan beneran menyajikan pemandangan atau background yang dibuat sama alam. (Yah... walau  beberapa pohon juga harus dikorbankan sih untuk buka lahan parkir atau ngebangun platform-platfom buat spot berfoto. Too bad).

Tapi sekalipun tempat-tempat langganan kami ini murah, tapi Pimon tetap bisa bersenang-senang. Dia bisa main air di sungai dangkal berbatu, main-main tanah atau pasir, lari-larian, dan rambutnya yang kruwil bisa bebas ditiup angin. Itu adalah salah satu cara kami mendidik anak. Membuatnya merasakan alam sekitar dengan seluruh indra yang dia miliki, ngelihat kehidupan orang-orang di desa dengan segala rutinitas yang mungkin asing bagi Pimon, juga berkenalan dan mendengarkan cerita-cerita warga setempat yang asam manis.  Showing her that the world may not be perfect, but there's perfection in every corner of the world

Dan percaya atau nggak, walaupun saya sendiri yakin ini ada kaitannya, Pimon adalah anak yang Alhamdulillah sangat jarang sakit walau cuma sekedar batuk pilek. Membiarkan dia menghirup udara segar, berlarian di antara pepohonan, dan terpapar kondisi yang nggak higienis-higienis amat dari mainan tanah dan air di sungai, bikin dia jadi punya daya tahan tubuh yang bagus. Lebih bagus dari bapaknya, malah. Bener-bener anak mama, deh. (Ehem! Emaknya jumawa). 

Nih saya kasih ya beberapa foto tempat wisata alam yang bisa dituju kalau main-main ke Malang. Biar wawasannya nggak cuma Park lagi Park lagi. Emang sih kebanyakan tetep aja lokasinya di kabupaten Malang yang masih berjarak lumayan jauh kalau dari pusat kota. Tapi buat yang pengen ngerasain Malang yang otentik, yang adem dan kesannya 'kota gunung banget' kayak di hikayat-hikayat lama, bolehlah dicoba. (Saya kasih keterangan nama lokasinya aja. Ntar kalau mau info lebih dalam bisa googling atau uprek-uprek di album facebook Ellen Thiastiane). 


Pemandangan di desa wisata Gubukklakah, Kabupaten Malang.


Gunung Sari Sunset, Gubukklakah, Kabupaten Malang


Pemandangan dari Taman Goa Pandawa, Dsn Brau, Bumiaji, Kota Batu


Puncak Bidadari, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, via Gubukklakah


Hutan Pinus Semeru, Wajak, Kabupaten Malang


Wana Wisata Winong, Wajak, Kabupaten Malang


Desa Wisata Pujon Kidul, Kabupaten Malang


Taman Langit, Gunung Banyak, Kota Batu


Bumi Perkemahan Ledok Ombo, Poncokusumo, Kabupaten Malang


Boonpring Andeman, Turen, Kabupaten Malang


Pantai Sipelot, Pujiharjo, Kabupaten Malang


Coban Cinde, Ds. Benjor, Tumpang, Kabupaten Malang


Bumi Perkemahan Bedengan, Ds. Selorejo, Dau, Kabupaten Malang


Sumber Maron, Pagelaran, Kabupaten Malang



Jalur Lintas Selatan, Kabupaten Malang (banyak pantai berderet-deret di sepanjang jalur ini)


Pantai Bajul Mati, JLS, Kabupaten Malang


Gunung Bromo. The One and Only.
Kalau yang ini sih nggak bisa dikategorikan wisata alam murah, tapi masih lumayanlah. 
Bisa dicapai via Malang, Pasuruan, atau Probolinggo.

Maapkeun... foto pantainya cuma ada sedikit. Padahal sesungguhnya di Malang selatan tuh pantai ada segambreng berderet-deret. Ini dikarenakan kami emang nggak begitu napsu berwisata ke pantai. Jauh men! Masih sekitar 2 jam motoran dari rumah kami di pusat kota Malang. Kata adek ipar yang biasa touring sih nggak sampe segitu lama. Tapi ya plisss dweeehhh....! Ngebandinginnya jangan sama bujangan tanpa beban doooonk. Lah saya kan mamak-mamak bohay yang harus megangin bocah. Belum lagi si Pimon itu hobi banget tidur di motor. Jadi tangan kudu kuat kayak Gatotkaca untuk nahan bobot badannya. Seandainya pantai cuma berjarak setengah jam pun tetep aja bakal berasa kayak di ujung Ngeropah kalau sambil bawa balita bobo dan segala gembolan perangnya.

(Makanya toh Papah Sayaaaaangggg!!! Ndang beli mobil! Elek2 second2 ga popo wes pokoknya bukan pick up bekas angkut terasi).

Selain tempat-tempat wisata di atas, ada juga candi-candi bersejarah atau petirtaan kuno. Di Lawang, Malang utara, ada juga kebun teh yang dingin dan teh produksinya itu ueenaakkk banget! Atau untuk yang punya anak kecil, bisa juga memilih tempat wisata edukasi seperti Milkindo atau Taman Kelinci. Di tempat-tempat ini, anak-anak bisa lihat dan pegang-pegang sapi, kelinci atau kuda. Bayar tiketnya murah juga kok. 


Milkindo, Kepanjen, Kabupaten Malang


Rabbit Field, Pujon, Kabupaten Malang

Kalau udah dijembrengin gini, kelihatan kan kalau Malang (Raya) bukan cuma berisi Park Park Park aja. Ada banyak pilihan tempat wisata lain yang bisa dicoba untuk mengisi liburan bareng keluarga, tanpa harus ngejebolin isi rekening.

Ayo ke Malang! 

Rabu, 15 November 2017

TERJEBAK

Barusan dapat info dari grup sebelah. 

Seorang wanita asal Zimbabwe mengalami kerusakan pada kelima panca indranya setelah menyantap sepotong besar singkong rebus bersamaan dengan tiga renceng petai goreng. Wanita ini mengalami kebutaan, gangguan pada gendang telinga, lidah yang terasa panas seperti terbakar, keluar lendir secara terus menerus dari lubang hidung, dan muncul bintik-bintik kemerahan di sekujur tubuhnya. 

Dilaporkan bahwa seorang dokter gizi asal Jepang bernama Shizumi berkomentar bahwa singkong rebus memang seharusnya tidak dimakan bersamaan dengan petai goreng. Karena kandungan zat Magnesium Asetat yang terdapat dalam singkong rebus akan bertemu dengan zat Litium Sulfat yang tersimpan dalam petai dan menimbulkan reaksi kimia berbahaya bagi tubuh, yang bahkan dapat menyebabkan kematian jika dikonsumsi oleh manusia di bawah usia 15 tahun. 

Dalam makalahnya, Shizumi menyebutkan bahwa untuk meminimalisir reaksi kimia yang berbahaya, maka singkong rebus sebaiknya dimakan bersama petai yang direbus pula. Bukan digoreng. Karena Litium Sulfat baru akan bereaksi ketika bersentuhan langsung dengan minyak yang digunakan untuk menggoreng. 

Sebarkan berita ini, maka Anda akan menyelamatkan jutaan nyawa! Semoga yang like, komen dan share segera masuk surga. Aamiin... 

=========================================================================


Tulisan di atas cuma hasil khayalan saya. 
Saya nggak kenal dokter gizi Jepang manapun yang bernama Shizumi.  Dan hingga detik ini, perempuan Zimbabwe yang - kalau memang ada - makan singkong rebus bersamaan dengan petai goreng InsyaAllah masih sehat wal'afiat tanpa kurang suatu apa. Nama-nama zat kimia yang saya cantumkan pun sekedar dicomot sembarangan dari google. 

Tapi seandainya saya benar-benar mengcopy tulisan itu di akun facebook, saya yakin akan ada banyak orang yang menyebarkan. 

Segitu mudahnya lo orang-orang itu terjebak hoax murahan. Asal bahasanya kelihatan "pinter" dan "tinggi", langsung dipercaya sebagai informasi yang valid. Apa bedanya sama Vickinisasi yang sempat hits beberapa tahun lalu donk? 

(Baru kemarin saya lihat lagi orang yang share soal bumbu mie instan yang bikin pendarahan 5 panca indra. Suerrrrr itu kalau bener kejadian bakalan serem banget. Pendarahan di panca indra itu artinya termasuk indra sentuhan juga. Kebayang nggak kalau ada orang yang darahnya keluar dari pori-pori kulit sekujur tubuh?) 

Padahal artikel seperti di atas itu jelas kelihatan hoax. Nggak perlu jadi profesional untuk ngecek kebenaran sesimpel ini. Sekedar klicking google pun bisa. 

Coba pertanyakan hal-hal seperti : Si perempuan Zimbabwe itu namanya siapa? Atau paling nggak, inisial namanya apa? Kejadiannya kapan? Siapa nama lengkap si dokter gizi Jepang? Semua orang Jepang punya nama keluarga kan. Makalahnya diterbitkan kapan? Di mana? Sudah sempat googling nama si dokter gizi untuk cek latar belakangnya? Atau apa sudah sempat googling nama-nama zat kimia yang tercantum? Benar terkandung dalam singkong rebus dan petai goreng nggak? 

Kasihan lo itu para mahasiswa yang belajar kimia dan fisika. Mereka jungkir balik biar jadi orang pintar, kok kita enak aja sebar-sebarin tulisan ngawur yang mencatut nama-nama kimia seenak udel tanpa mencari tahu terlebih dulu kebenarannya.
#RIPilmukimia

Dan yang paling laknat dari semuanya, si penulis masih punya hati mencantumkan surga. Sekedar like / komen bisa masuk surga? Lah apa kabarnya gerakan sholat Subuh berjamaah donk?

Nggak perlu ijazah sekolah tinggi kok untuk terselamatkan dari hoax. Cukup punya logika yang sehat.

#Savepete
#Savesingkongrebus

Minggu, 12 November 2017

CINTA KRIAN - MALANG : Kupang lontong

Yes, kupang lontong. 
Bukan lontong yang berasal dari kota Kupang. Tapi lontong yang ditopping ribuan ekor kerang mini-mini rebus yang lebih tenar dengan sebutan kupang, disiram kuah berbumbu, dan biasanya disajikan dengan lento serta sate kerang. 

http://www.indonesia-tourism.com/forum/showthread.php?48675-Kupang-Lontong-Typical-Culinary-in-East-Java-Indonesia


Makanan ini khas Surabaya, Sidoarjo dan Pasuruan banget. 

Maklum, si kupang hidupnya di perairan deket-deket pantai yang berarus tenang. Doi suka berkerumun nemplok di tumbuhan laut. Jadi para nelayan cukup motong aja tumbuhan lautnya, dan kupang-kupang se-RW yang pada nempel itu pun tinggal diserut sampai rontok. JANGAN PERCAYA pada rumor yang mengatakan bahwa nelayan memancing kupang menggunakan triplek yang dilapisi oleh *maaf nih* kotoran manusia. Itu pembunuhan karakter yang laknat to the max. 


Konon kata wikipedia, kupang mengandung nutrisi yang sangat baik bagi tubuh. Berderet-deret mulai dari asam amino, asam lemak, zat besi, zinc, dan lain-lain. Jadi makan kupang ini harusnya bikin sehat beeuuudd. Asal bukan dimakan sama orang yang alergi seafood yes.

Dan sebagai orang Krian tulen sampe ke tulang sum-sum, tentu aja suami saya doyan banget sama kupang lontong. Saya inget betul dia memperkenalkan makanan ini pada saya bertahun-tahun lalu saat kami masih pacaran. Saya yang dasarnya emang suka pilih-pilih makanan, nggak ngerti apa itu kupang lontong, dan bagaimana penampakannya. Waktu doi ngajak saya makan di warung pinggir jalan, dia cerita dengan hebohnya tentang betapa enak makanan yang satu ini. Ngomongnya bener-bener ekspresif, dengan penghayatan melebihi aktor kawakan pemenang 12 piala Oscar. Sampai air liur saya pun terhipnotis dengan sendirinya. 


EEE TAAAPPPIIIIIIII.....!!!
Begitu si bapak penjual mengangsurkan sepiring kupang lontong kepada mas kekasih... JENG JENG!!!
Saya kok langsung mual kena aromanya. Hahaha.... *geleng-geleng panik*. Dan selain aroma, rupanya bagi saya penampakan kupang lontong pun nggak menggugah selera. Yeah, I know it's someone else's culture. Can not say anything bad about it. Namanya selera kan emang beda-beda. Kebetulan aja makanan ini nggak berhasil memikat selera pribadi saya. 

Di Malang, penjual kupang lontong membandrol seporsi makanan ini dengan harga antara Rp 10.000 - 12.000 tergantung jumlah sate kerang yang ditambahkan. Tapi di Krian, percaya nggak percaya, masih ada loh penjual kupang lontong keliling yang menjajakan makanan ini dengan harga Rp 6.000 aja per porsi. Apa mungkin karena di Krian harga kupang lebih murah ketimbang di Malang ya?

Ngomong-ngomong soal kupang lontong, biasanya penjual makanan ini akan sekalian menjual es kelapa muda alias es degan sebagai pelengkapnya. Tiada lain tiada bukan adalah karena kupang bisa menimbulkan reaksi alergi bagi beberapa orang. Dan es kelapa muda yang diminum setelah makan kupang, akan mampu menetralisir efek alergi ini. Jadi inget, dulu saya pernah punya teman kerja yang berasal dari Bandung. Urang Sunda asli yang nggak bisa makan kalau nggak pake lalapan. 

Suatu hari, teman saya ini diajakin oleh rekan yang lain ngejajan kupang lontong di dekat kantor. Makannya sih enak. Lahap nggak pakai lihat kanan kiri. Lah tapi besoknya teman saya itu langsung absen nggak masuk kerja karena mencret. Hahaha. Nggak tahu juga sih apakah emang karena perutnya nggak tahan dengan kupang, atau saat itu kebetulan mereka beli di penjual yang kurang bersih saat mengolah. Tapi sepertinya, bapak itu emang nggak langsung minum es kelapa muda setelah makan deh.

Dalam rumah tangga kami sendiri, sejatinya si kupang lontong masih menjadi duri dalam daging. Sebagai istri solehah yang baik hati, lembut, perhatian dan taat suami (ehem! prasasti mana prasasti), manalah saya bisa menjauhkan pak suami dari makanan kesukaannya ini. Paling-paling kalau beliau habis makan kupang lontong, saya cuma bisa nyodorin sikat gigi sama odol. Biar pas sun-sun pipi baginda ratu, nggak ada aroma si kerang imut yang ikutan menyapa. Bahkan setelah bertahun-tahun, saya masih nggak kuat juga sama baunya. 

Hobinya menyantap kupang lontong ini menyadarkan saya betapa kami memang berasal dari latar belakang yang sangat berbeda. Kupang lontong yang sangat khas pesisir ini seolah bicara banyak soal kehidupan suami saya sebelum kami ketok palu teken kontrak mati. Ah.... ternyata cinta emang sungguh powerful, bulek! Sanggup menyatukan dua insan yang bahkan si kupang pun nggak bisa misahkan.

Tsaahhh!


Jumat, 10 November 2017

CINTA KRIAN - MALANG : Kamus

Suami saya berasal dari Krian. Untuk yang belum pernah dengar, Krian adalah salah satu kecamatan yang berada dalam wilayah kabupaten Sidoarjo. Krian ini memiliki posisi yang sangat strategis karena dikelilingi oleh 4 kota yaitu Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan Mojokerto. Dan juga jadi jalur perlintasan jalan negara dari Surabaya - Jakarta melalui jalur selatan.

Begitulah yang dikatakan oleh Wikipedia. 

Jadi Krian adalah bagian dari Sidoarjo, minus tambak bandeng dan udangnya. 

Nggak pernah terpikir oleh saya sebelumnya, bahwa peribahasa 'asam di gunung garam di laut akan bertemu di belanga' nyatanya benar-benar terjadi pada diri saya sendiri. Secara harfiah. 

Saya yang berasal dari kota pegunungan yang dingin di Malang, dikawinin oleh kang mas yang berasal dari kota pesisir yang panas. Well, aslinya akhir-akhir ini Malang nggak dingin-dingin amat sih. Beda sama pas jaman saya masih SD. Dulu jam 6 pagi masih berkabut itu wajar. Sekarang mau nyari kabut ya kudu naik dulu ke Malang timur atau barat yang notabene berada di dataran yang lebih tinggi. Dan sebenarnya juga, Krian itu bukan pesisir-pesisir amat karena nggak berbatasan langsung dengan laut. Tapi soal panasnya... bo...aboo.... bikin baginda ratu nggak berhenti kipas-kipas! 

Dan percaya nggak percaya, nyatanya saya pernah kena gegar budaya juga gara-gara asal muasal yang berbeda ini. Salah satu contohnya adalah dalam hal bahasa yang kami pakai sehari-hari. Kalau dipikir-pikir sebenarnya jarak Krian - Malang juga nggak jauh-jauh amat ya. Nggak sampai 90 km. Masih sama-sama Jawa Timur pula. Tapi buktinya, ada banyak kata dan frase bahasa Jawa yang digunakan oleh orang-orang di Krian yang berbeda dari yang digunakan oleh orang Malang. 

Jadi buat kamu-kamu yang berencana nikah sama orang Krian, nih saya kasih sedikit bocoran kamus terjemahan bahasa Jawa a la Krian vs a la Malang biar nggak heran-heran banget saat berbincang-bincang dengan calon mertua. Yuk, capcuz sbb : 


Malang :                                          Krian :                                                     Arti :                      

Nagasari                                          Grubi                                                     *Nama kue
Mendut                                            Koci - koci                                            *Nama kue
Weci                                                Ote-ote                                                   *Nama gorengan
Buding                                             Berang                                                   Pisau besar
Mendol                                            Lento tempe                                           *Nama lauk
Dekik                                               Pacek                                                     Lesung pipit
Kepingin                                          Kudu arep                                              Kepingin
Nyekel/Ngutik                                 Njemok                                                  Menyentuh
Diidek                                              Diincak                                                   Diinjak
Nggak                                              Igak                                                        Tidak
Wangsul                                           Mantuk                                                   Pulang
Sampeyan                                        Pean                                                        Anda
Senggek                                          Watang                                                    Galah
Kalap                                               Ndadi                                                      Kalap
Solet                                                Pirit                                                         *Alat masak
Pohong                                            Kaspe                                                      Singkong
Disawat                                           Dibandem                                                Dilempar
Lugur                                              Rugul                                                       Jatuh
Dirumat                                           Diramut                                                  Dirawat
Doyan                                             Arep                                                        Doyan
Mbak                                              Ning                                                   *Panggilan pada perempuan
Mas                                                 Cak                                                    *Panggilan pada laki-laki


dsb dsb dsb.... akan di-update setiap ada perkembangan kosakata :D

Kira-kira gitu deh perbedaannya. Nggak begitu banyak sih, tapi bisa bikin bingung juga. Contohnya kalau di Malang, yang biasa disebut 'ote-ote' itu kalau ada laki-laki (atau anak-anak) yang cuma pakai celana/bawahan tanpa makai kaos/kemeja/atasan karena disebabkan cuaca panas. Sementara di sana, ote-ote adalah nama makanan. 

Dan ada satu lagi sih, yang sempat bikin heboh salah satu teman saya yang saat itu baru aja pindah ke Krian dan tinggal di salah satu rumah kost. Saat sedang asyik berbincang dengan bapak kost pada suatu malam, tiba-tiba ibu kost nyamperin mereka, dan berkata pada teman laki-laki saya itu kurang lebih sebagai berikut : "Ojo nang kene, mas. Nang kono lo isore wit, enak ngerempon" (jangan di sini mas, di sana aja di bawah pohon, lebih enak buat 'ngerempon').

Yang jadi masalah adalah, kata "rempon" bagi orang Krian berarti mengobrol / berbincang-bincang. Sementara bagi teman saya yang berasal dari Malang agak ke selatan, kata "rempon" berartiiiii...........??? TIIIIIIIITTT!!!  *sensor*
(silahkan PM saya untuk arti sebenarnya, karena nggak enak kalau sampai dibaca oleh anak di bawah 17 tahun. Hahaha ).

Bisa kebayang kan gimana kagetnya teman saya ini karena dikiranya sang ibu kost ngajakin dia untuk TIIIIITTTTTTT itu tadi. Di depan bapak kost pula! *ngakak guling-guling*. 

Ah... Indonesia emang kaya akan keberagaman. Bahkan untuk suami istri yang notabene masih sesuku dan seprovinsi pun bisa berbeda cara bicara. 

Pada awalnya dulu, saya dan suami akan saling menyalahkan soal kata-kata yang kami gunakan, dan berpendapat bahwa milik daerah asal kamilah yang paling benar. Tapi ternyata, hidup bisa lebih adem ayem ketika kami memandang perbedaan bahasa itu bukan lagi sebagai salah dan benar, tapi soal milikmu ya milikmu, milikku ya milikku. Hanya karena kami berucap dengan cara yang berbeda, bukan berarti salah satunya menjadi salah atau benar. Cukup kami tarik garis batas otoritas. 

Dan begitu kami melangkah ke seberang, artinya toleransilah yang harus kami gunakan.

Rabu, 01 November 2017

HALO.... WIN! 31 OKTOBER YANG SPESIAL PAKE TELOR

31 Oktober.

Saya baru tahu apa itu Halloween saat sudah bangkotan. Dulu waktu kecil saya sempat baca beberapa novel R.L Stine yang khususon berfokus pada jalan cerita horor. Nggak gandrung-gandrung banget sih, karena sejatinya saya ini cemen. Nah, di buku yang saya baca saat itu ada nyebut-nyebut soal halloween. Jadi tokohnya itu keliling ke rumah tetangga pakai kostum, terus dikasih permen sampai terkumpul satu keranjang.

Wah, enak banget berarti ya Halloween ini. Bisa dapat permen banyak. Sayang di Indonesia nggak ada. Begitu pikir saya saat itu.

Baru setelah beranjak dewasa aja saya tahu apa itu Halloween, hasil googling wikipedia. Langsung ke sono aja ya kalau mau tahu sejarah dan asal usulnya. Kepanjangan bo' kalau dikutip di mari.

Sehubungan dengan Halloween yang identik dengan kostum-kostum aneh ini, kemarin saya baca artikel soal kostum Halloween artis-artis Hollywood. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, bintang Halloween di sono sepertinya masih dipegang oleh mbakyu Heidi Klum. Supermodel yang awet cantik ini bahkan dibilang 'brings Halloween to a very different level' saking bagus dan realistisnya kostum yang dia pakai setiap tahun. Dibacking oscar award winning make up artists, Heidi Klum nggak pernah gagal menampilkan kostum-kostum yang bikin orang berdecak kagum - atau geleng-geleng kepala.


http://www.telegraph.co.uk/fashion/people/heidi-klum-halloween-costume-outfits-over-the-years/


Di Indonesia sendiri biasanya para artis ada juga sih yang ngadain pesta Halloween. Antara emang benar-benar merayakan Halloween dengan segala maknanya atau cuma ikut-ikutan walau nggak ngerti sama sekali soal sejarahnya Halloween. #eh
Biasanya mereka pada dandan seram kayak hantu mbak-mbak yang belum ketemu laundry dan salon.

Taaapiiii... 31 Oktober tahun ini beda dengan tahun-tahun sebelumnya lo.
Kali ini nggak cuma Halloween yang mendominasi timeline Facebook. Ada peristiwa maha penting lain yang dihelat hari itu. Peristiwa itu adalaaaahhh... Jeng Jenggg! Apalagi kalau bukan pesta kawinannya Song Hye Kyo dan Song Jong Ki yang bertempat di Song-song Singosari.

Sebenarnya saya bukan penggemar drama Korea. Saya hampir nggak nonton drama korea apapun beberapa tahun belakangan ini. Dulu sempat sih nonton waktu pertama-tama hallyu wave menerpa Indonesia. Jaman masih rame drama Endless Love (oh dear Won Bin), Full House, Stairway to Heaven, atau Love in Bali. Setelahnya entah kenapa kehilangan minat dengan sendirinya. Bahkan Boys Before Flower itu pun saya nggak nonton. Emang sih ada beberapa film korea yang saya masih suka nonton. Film ya, bukan drama. Karena jalan ceritanya lebih real, adegannya lebih realistis dan durasi yang nggak panjang-panjang amat (sumpah film-film perangnya Korea itu bagus-bagus banget). Dan sepertinya saya punya sentimen negatif pada aktor-aktor dramanya yang akhir-akhir ini terlihat 'semakin cantik'. Hahaha. *ditimpuk kelompen sama fans drama korea*. Tapi paling nggak, 'secantik-cantiknya' doi, tetep wajib wamil ye mpok. Daripada gahar tapi ngegarong.


          http://www.star2.com/style/2017/10/31/song-joong-ki-song-hye-kyo-dior-wedding/


Jadi otomatis saya kenal Song Hye Kyo ya cuma dari drama Endless Love dan Full House, serta beberapa film Hong Kong yang juga masang Song Hye Kyo jadi bintangnya. Sementara nama Song Jong Ki baru saya dengar saat bermain di drama yang katanya fenomenal DOTS (yang cuma saya tonton 2 episode pertamanya aja karena telinga saya nggak tahan dengar bahasa korea yang gemluthuk-gemluthuk *ditimpuk kelompen lagi*).

Dari berbagai forum yang menayangkan perihal pernikahan kedua sejoli ini, saya lebih suka baca komentar-komentar para fansnya. Kebanyakan mereka mengucap syukur alhamdulillah atas pernikahan ini walau diundang juga nggak. Lalu ada juga yang bertanya-tanya kenapa Hye Kyo kelihatan gemuk, dan berspekulasi bahwa doi sedang hamil, lalu mengucap syukur alhamdulillah lagi.

Ada pula yang berkomentar soal gaun si pengantin perempuan yang 'kelihatan' sederhana. Kemudian yang lain menyahuti bahwa sesederhana apapun gaunnya, kalau yang pakai Song Hye Kyo tetap aja kelihatan cetar. Lalu yang lain berkomentar lagi soal suguhan resepsinya. Apa di sana ada kerak telor, lontong balap, atau tahu campur. 

31 Oktober 2017 pun dinobatkan menjadi hari patah hati internasional gara-gara pernikahan ini.
Sok patah hati, padahal tampang nggak ada seujung kukunya mbak Hye Kyo. Hahaha.. 

Untuk Indonesia raya tercinta, tanggal 31 Oktober 2017 juga menggoreskan momen tersendiri, yang nggak dimiliki oleh negara-negara lain. 

Tidak lain dan tidak bukan adalah tanggal penghujung bulan Oktober ini menjadi hari pertama dibukanya proses registrasi kartu prabayar oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika yang akan berlangsung hingga 28 Februari 2018. 

Oh iya, ini sekalian saya copykan link klarifikasi dari KemKominfo mengenai hoax yang beredar soal registrasi kartu prabayar ini, untuk menghindari kebingungan karena ada banjir hoax